This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 08 Juli 2012

bismillah

bismillah :)

Sabtu, 05 Mei 2012

LAPORAN PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER Dynamic Routing

A.    Tujuan Praktikum
1.    Mampu membangun jaringan dengan Dynami Routing
2.    Mampu memahami konsep routing dan table routing
3.    Mampu membuat table routing

B.    Skenario Praktikum


Dalam sebuah perusahaan terdapat tiga buah divisi yang berbeda ip address dan dihubungkan menggunakan beberapa router. Bagaimana seorang network administrator dalam perusahaan tersebut membuat ketiga divisi tersebut dapat saling berkomunikasi.
Dari kebutuhan pada skenario tersebut diatas, seorang network administrator membuat simulasinya pada paket tracert dengan dynamic routing menggunakan protocol RIPv2, OSPF, dan EIGRP

C.    Dasar Teori
Router adalah sebuah alat yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi  pada  lapisan  3  dari  protokol  tumpukan  (stack  protocol)  tujuh-lapis  OSI.  Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router ini dapat menghubungkan beberapa jaringan walaupun berbeda topologi yang digunakan masing-masing jaringan. Ciri router ini adanya fasilitas DHCP(Dynamic Host Configuration Protocol). Dengan mensetting DHCP, maka kita dapat membagi IP Address, fasilitas lain yaitu adanya NAT(Network Address Translator) yang memungkinkan suatu IP Address atau koneksi internet di sharing ke  IP Adress lain. Router berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa  alat  yang masing-masing memiliki alamat ip untuk  membentuk  suatu  Local  Area  Network  (LAN).   Sebagai  ilustrasi perbedaan fungsi  dari  router  dan switch  merupakan suatu jalanan, dan  router  merupakan penghubung antar jalan. Masing-masing rumah berada pada jalan yang memiliki alamat dalam suatu urutan tertentu. Dengan cara yang sama, switch menghubungkan berbagai macam alat, dimana masing-masing alat memiliki alamat IP sendiri pada sebuah LAN.
Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi protokol TCP/IP, dan router jenis itu disebut juga dengan IP Router. Selain IP Router, ada lagi AppleTalk Router, dan masih ada beberapa   jenis router   lainnya.   Internet   merupakan   contoh   utama   dari sebuah jaringan yang memiliki banyak router IP. Router dapat digunakan    untuk menghubungkan banyak jaringan kecil ke sebuah  jaringan yang lebih besar, yang disebut dengan internetwork, atau  untuk membagi  sebuah jaringan besar ke dalam beberapa subnetwork  untuk  meningkatkan  kinerja  dan  juga mempermudah manajemennya. Router juga kadang digunakan untuk mengoneksikan dua buah jaringan yang menggunakan  media yang   berbeda   (seperti   halnya   router   wireless   yang   pada   umumnya   selain   ia   dapat menghubungkan komputer dengan menggunakan radio, ia juga mendukung penghubungan komputer dengan kabel UTP), atau berbeda arsitektur jaringan, seperti halnya dari Ethernet ke Token Ring.
 Router juga dapat digunakan untuk menghubungkan LAN ke sebuah layanan telekomunikasi seperti halnya telekomunikasi leased line atau Digital Subscriber Line (DSL).
Router yang digunakan untuk menghubungkan LAN ke sebuah koneksi leased line seperti T1,   atau   T3,   sering  disebut sebagai access server. Sementara itu, router yang digunakan untuk menghubungkan jaringan lokal ke sebuah koneksi DSL disebut juga dengan DSL router. Router-router jenis tersebut umumnya memiliki  fungsi firewall untuk melakukan penapisan paket
berdasarkan alamat sumber dan alamat tujuan paket  tersebut, meski beberapa router tidak memilikinya. Router yang memiliki fitur penapisan paket  disebut  juga  dengan packet- filtering router. Router umumnyamemblokir    lalu lintas data yang dipancarkan  secara broadcast sehingga dapat mencegah adanya broadcast storm  yang mampu memperlambat kinerja jaringan.

1.    Cara Kerja Router

Fungsi utama Router adalah merutekan paket (informasi). Sebuah router memiliki kemampuan Routing, artinya Router secara cerdas dapat mengetahui kemana rute perjalanan informasi (paket) akan dilewatkan,apakah di tujukan untuk host lain yang satu network ataukah berada di network yang berbeda.
Jika paket-paket ditujukan untuk host pada network lain maka router akan meneruskanna ke network tersebut. Sebaliknya, jika paket-paket ditujukan untuk host yang satu network maka router akan menghalangi paket-paket lainnya keluar

2.  Jenis Router

Secara umum, router dibagi menjadi dua buah jenis, yakni :

a.   Static router (router statis)

adalah sebuah router  yang memiliki tabel routing statis yang di setting secara manual oleh para administrator jaringan.
b.  Dynamic router (router dinamis)

adalah sebuah router yang memiliki dan membuat tabel routing dinamis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan dengan router lainnya.






3.  Bentuk Router

Berdasarkan bentuk nya dibagi menjadi 3, yaitu :

a)    Router PC
Router PC adalah komputer dengan sistem operasi yang memiliki fasilitas untuk membagi dan  men-sharing IP Address. Perangkat jaringan (PC) yang terhubung ke komputer tersebut akan dapat   menikmati  IP  Address  atau  koneksi  internet  yang disebarkan  oleh  sistem  operasi tersebut. Contoh sistem operasi yang dapat digunakan adalah semua sistem operasi berbasis client-server,  seperti  Windows  NT,  Windows NT  4.0, Windows 2000 server, Windows 2003 Server, MikroTik (Berbasis  Linux), dan lain-lain.

b)    Router Aplikasi
Router   aplikasi   adalah   aplikasi   yang   dapat   di-install   pada   sistem   operasi sehingga  sistem operasi  tersebut  akan  memiliki  kemampuan  seperti  router.  Contoh aplikasi ini adalah Winroute, WinGate, SpyGate, dan WinProxy.




c)    Router Hardware
Router  hardware  adalah  hardware  yang  memiliki  kemampuan  seperti  router sehingga dari  hardware tersebut dapat memancarkan atau membagi IP Address dan men-sharing  IP  Address.  Pada    prakteknya    router    hardware    digunakan    untuk membagi   koneksi   internet   pada   suatu ruang atau wilayah. Contoh dari router ini adalah router buatan pabrik seperti Cisco dan Planet.

3.  Algoritma Dynamic Routing

Router Dinamis adalah Router yang me-rute-kan jalur yang dibentuk secara otomatis oleh router itu    sendiri  sesuai  dengan    konfigurasi  yang  dibuat.  Jika    ada    perubahan topologi  antar  jaringan, router otomatis akan membuat ruting yang baru. Dynamic routing biasanya  digunakan  untuk  mengantisipasi  kelemahan  static  routing  yang  tidak  dapat mencari  jalur  alternative  jika  jalur  pengiriman  putus  sehingga  pake  data  tidak  dapat terkirim. Dynamic routing secara umum  dapat dibagi menjasi 2 kategori, yaitu Distance Vector dan link state routing protocol. antara lain :  Routing  Information Protocol (RIP), Interior Gateway Routing Protocol (IGRP), Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP),Open Shortest Path First (OSPF).
Sebuah  dynamic  routing  dibangun  berdasarkan  informasi  yang  dikumpulkan  oleh protokol  routing.  Protokol  ini  didesain  untuk  mendistribusikan  informasi  yang  secara dinamis mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang  kompleks  secara  cepat  dan  akurat.  Protokol  routng  didesain  tidak  hanya  untuk mengubah  ke  rute  backup  bila  rute  utama  tidak  berhasil,  namun  juga  didesain  untuk
menentukan  rute  mana  yang  terbaik  untuk  mencapai  tujuan  tersebut.  Pengisian  dan pemeliharaan  tabel  routing  tidak  dilakukan  secara  manual  oleh  admin.  Router  saling bertukar  informasi  routing  agar  dapat  mengetahui    alamat  tujuan  dan  menerima  table 


a.  Distance Vector

Algoritma routing distance vector  secara  periodik menyalin table routing dari router  ke  router.  Perubahan  table  routing  ini  di-update  antar  router  yang  saling berhubungan saat terjadi perubahan topologi. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung secara langsung. Proses routing ini disebut juga dengan routing Bellman-Ford atau Ford-Fulkerson.
Routing  vektor  jarak  beroperasi  dengan  membiarkan  setiap  router  menjaga tabel (sebuah  vektor) memberikan jarak yang terbaik yang dapat diketahui ke setiap tujuan dan saluran  yang  dipakai menuju tujuan tersebut. Tabel-tabel  ini  di-update dengan cara saling bertukar informasi dengan router tetangga. Routing distance vektor bertujuan  untuk  menentukan  arah  atau  vektor  dan  jarak  ke  link-link  lain  di  suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.
Update table routing dilakukan ketika terjadi perubahan toplogi jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update perubahan topologi step-by-step dari router ke router. Gambar diatas  menunjukkan algoritma distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table routing-nya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan yang ada di isi table routing, seperti skema oleh Analogi distance vector dapat dianalogikan  dengan  jalan  tol.  Tanda   yang  menunjukkan  titik  ke  tujuan   dan menunjukkan jarak ke tujuan. Dengan adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dapat dengan mudah mengetahui perkiraan arak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dan tentunya jarak terpendek adalah rute yang terbaik.


b.  Link State
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari informasi topologi. Algoritma distance  vector  memiliki  informasi  yang tidak spesifik  tentang distance network    dan    tidak    mengetahui    jarak    router.    Sedangkan    algortima    link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi. Beberapa fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
1)  Link-state advertisement (LSA) – paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router.
2)  Topological database – kumpulan informasi yang dari LSA-LSA.
3)  SPF algorithm – hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari pohon SPF.
4)  Routing table – adalah daftar rute dan interface.

Konsep dari algoritma link state sebagai berikut :

1)  Setiap router mempunyai peta jaringan,
2)  Router    menentukan    rute    ke    setiap    tujuan    di    jaringan    berdasarkan    peta jaringan tersebut.
3)  Peta   jaringan   disimpan   router   dalam   bentuk  database  sebagai   hasil   dari pertukaran info link-state antara router-router bertetangga di jaringan tersebut.
4)  Setiap record dalam database menunjukkan status sebuah jalur dijaringan (link- tate).
5)  Menerapkan algoritma Dijkstra.
6)  Topologi jaringan dan link cost diketahui oleh semua node router.
7)  Dilakukan dengan cara mem-broadcast informasi link state.
8)  Semua node memiliki informasi yang sama.
9)  Menghitung cost terkecil dari satu node ke node lainnya.
10) Memberikan tabel rute untuk router tersebut setelah iterasi sebanyak n, diketahui link cost terkecil untuk n tujuan.

4.  Protocol Dynamic Routing

a.  RIP (Routing Information Protocol)

Routed protocol digunakan untuk user traffic secara  langsung.  Routed  protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya.
RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan.   Tetapi   RIP membutuhkan   konsumsi   daya yang   tinggi   dan memerlukan fitur router  routing protokol.  Dasar RIP  diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut :
1)  Routing protokol distance vector.
2)  Metric berdasarkan pada jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
3)  Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
4)  Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik. Berikut adalah 2 versi RIP yang digunakan dalan dynamic routing : a)  RIP versi 1
o    Dokumen RFC1058.
o    RIPv1 routing vector jarak yang dimodifikasi dengan triggered  update dan split horizon dengan poisonous reverse untuk meningkatkan kinerjanya. RIPv1  diperlukan  supaya  host  dan  router  dapat  bertukar  informasi  untuk menghitung route dalam jaringan TCP/IP.
o    Informasi  yang  diperlukan  RIPv1  berupa  host,  network,  subnet  dan  rute default.

b)  RIP versi 2

o    Enhancement dari RIPv1 ditambah dengan beberapa kemampuan baru,
o    Algoritma routing sama dengan RIPv1, bedanya terletak pada format dengan tambahan informasi yang dikirim,
o    Kemampuan  baru;  tag  untuk  route  eksternal,  subnet  mask,  alamat  hop berikutnya, autentifikasi.
b.  EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)

Adalah salah satu routing protocol yang bersifat proprietary dari Cisco System yang di rilis pada tahun 1992. Disebut sebagai proprietary karena routing protocol EIGRP ini hanya bisa digunakan sesama  router cisco, tidak untuk router yang lain. Dilihat dari namanya dapat disimpulkan, EIGRP adalah “pengkayaan” dari IGRP (Interior Gateway Routing Protocol). EIGRP menggunakan formula berbasis  bandwidth dan delay untuk menghitung metric yang sesuai untuk rute. EIGRP melakukan konvergensi secara tepat ketika menghindari loop. EIGRP tidak melakukan perhitungan-perhitungan rute seperti yang  dilakukan oleh protocol link state. Hal ini membuat EIGRP tidak memputuhkan delay extra, sehingga hanya memerlukan lebih sedikit memori dan proses dibandingkan dengan  protocol  link  state.  Konvergensi  EIGRP  lebih  cepat  dibandingkan  protocol distance vector  lainnya,  hal  ini di  sebabkan  karena EIGRP  tidak memerlukan loop avoidance yang pada kenyataannya menyebabkan protocol  distance vector melambat.
EIGRP  mengurangi  pembebanan  di  jaringan  karena  hanya  mengirim  sebagian  dari routing update, EIGRP tidak akan mengirimkan update jika tidak ada perubahan. Jika ada perubahan, langsung update dilakukan, akan tetapi hanya mengirim update kepada yang terkena imbas update.
EIGRP  sering  pula  disebut  hybrid-distance  vector  routing  protocol,  hal  ini dikarenakan  EIGRP seperti memiliki dua tipe routing protocol yang di gunakan yaitu distance vector dan link state.  Akan tetapi walaupun EIGRP mempunyai kemampuan seperti link-state routing protocol, EIGRP tetaplah distant vector routing protocol, oleh sebab itulah dalam kurikulum cisco, kata hybrid routing protocol dihapuskan atau tidak dipergunakan. Dalam perhitungan untuk menentukan jalur mana yang terpendek, EIGRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm) dalam menentukannya,
DUAL juga memiliki fungsi menyiapkan backup dan memastikan backup loop-free. EIGRP memiliki karakteristik sebagai berikut ;
o    Reliable Transport Protocol (RTP)
o    Bounded Updates
o    Diffusing Update Algorithm (DUAL)
o    Establishing Adjacencies
o    Neighbor and Topology Tables

Kelebihan EIGRP dibanding routing protocol lainnya:
o    Satu-satunya routing protocol yang menggunakan route backup.
o    Mudah di konfigurasi, semudah RIP
o    Summarization dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
o    EIGRP satu satunya routing protocol yang dapat melakukan unequal load  balancing
o    Kombinasi terbaik dari protocol distance vector dan link-state

c.   OSPF (Open Shortest Path First)

adalah  link-state  routing  protokol  yang  dikembangkan  sebagai  pengganti  untuk distance vector routing protocol RIP. RIP merupakan routing protocol yang digunakan pada awal perkembangan jaringan dan Internet, tetapi ketergantungan pada hop sebagai satu-satunya ukuran untuk memilih rute terbaik dan cepat menjadi tidak dapat diterima
dalam jaringan yang lebih besar yang membutuhkan solusi routing lebih kuat. OSPF adalah  protokol   routing tanpa  kelas   (classless) yang  menggunakan  konsep  area untuk skalabilitas. RFC 2328  mendefinisikan metrik OSPF sebagai cost. IOS Cisco menggunakan bandwidth sebagai penentu cost metric OSPF. Keunggulan utama OSPF setelah   berakhirnya  RIP   adalah  konvergensi   yang  cepat   dan  skalabilitas  untuk implementasi jaringan yang jauh lebih besar.

d.  Redistributed Routing Protokol

Redistribute  adalah  cara  untuk  meredistribusikan  kembali  routing  tabel  yang dibentuk oleh suatu routing protocol untuk diteruskan ke routing protocol lain. Dengan redistribute  kita  bisa   membentuk  routing  tabel  yang  lengkap  dari  suatu  topologi walaupun menggunakan routing  protocol  yang berbeda. Pada prinsipnya router  yang menjadi  penghubung  antara  network  dengan   routing  protocol  yang  berbeda  akan menggunakan routing protocol sesuai dengan routing protocol  yang dipergunakan oleh kedua network tersebut, misal interface f0/0 pada router tersebut berhubungan  dengan network yang menggunakan RIP maka router tersebut harus menggunakan RIP dan pada F0/1  menggunakan OSPF maka router tersebut juga harus menggunakan OSPF sesuai dengan network tempat interface tersebut terhubung. Untuk membuat agar routing tabel yang dibentuk oleh RIP bisa diteruskan menuju ke OSPF maka dipergunakan redistribute RIP, dan sebaliknya agar routing tabel yang terbentuk pada OSPF bisa diteruskan menuju RIP maka dipergunakanlah redistribute OSPF.

D. Alat dan Bahan 
1. Sofwtware Paket Tracert 5.3
2. PC/Laptop

E.    Langkah Kerja
1.    Simulasi menggunakan protocol RIPv2


Tabel Routing Dari Gambar Desain Diatas,
Router A
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
2    192.168.2.0    /24    *    Eth1    Direct Connection
3    192.168.3.0    /24    192.168.2.253    Eth0    Indirect Connection
4    192.168.4.0    /24    192.168.2.253    Eth0    Indirect Connection
5    192.168.5.0    /24    192.168.3.253    Eth0    Indirect Connection

    Router B
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    192.168.2.254    Eth1    Indirect Connection
2    192.168.2.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
3    192.168.3.0    /24    *    Eth1    Direct Connection
4    192.168.4.0    /24    *    Eth2    Direct Connection
5    192.168.5.0    /24    192.168.3.253    Eth0    Indirect Connection

    Router C
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    192.168.2.254    Eth1    Indirect Connection
2    192.168.2.0    /24    192.168.3.254    Eth1    Indirect Connection
3    192.168.3.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
4    192.168.4.0    /24    192.168.3.254    Eth1    Indirect Connection
5    192.168.5.0    /24    *    Eth1    Direct Connection

    LANGKAH KERJA (Simple Configuration) :
a.    Konfigurasi Router A
1.    Doubel click router A kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
2.    Setting IP Address A eth0 (example pada fa0/0) ke switch
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.1.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
3.    Setting IP Address A eth1 (example pada fa0/1) ke Router B
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.2.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
4.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router A
Router(config)# router rip
Router(config-router)# version 2
Router(config-router)# network 192.168.1.0
Router(config-router)# network 192.168.2.0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
5.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router A
Router# show ip route
b.    Konfigurasi Router B
1.    Doubel click router B kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
2.    Setting IP Address Router B eth0 (example pada fa0/0) ke Router A
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.2.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
3.    Setting IP Address Router B eth1 (example pada fa0/1) ke Router C
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.3.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
4.    Setting IP Address Router B eth2 (example pada eth0/1) ke Switch
Router(config)# interface Ethernet 0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.4.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
5.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router B
Router(config)# router rip
Router(config-router)# version 2
Router(config-router)# network 192.168.2.0
Router(config-router)# network 192.168.3.0
Router(config-router)# network 192.168.4.0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
6.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router B
Router# show ip route
c.    Konfigurasi Router C
1.    Doubel click router B kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
2.    Setting IP Address Router C eth0 (example pada fa0/0) ke Router B
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.3.253 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
3.    Setting IP Address Router C  eth1 (example pada fa0/1) ke Switch
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.5.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
4.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router C
Router(config)# router rip
Router(config-router)# version 2
Router(config-router)# network 192.168.3.0
Router(config-router)# network 192.168.5.0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
5.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router C
Router# show ip route
d.    Cek hasil pada komputer client
Jika  dari kesemua  komputer tersebut dapat saling berkomunikasi maka konfigurasi dynamic routing dengan RIPv2 sudah berhasil. Selain kita cek dengan menggunakan ping juga menggunakan perintah tracert “ip address terget”.


2.    Simulasi menggunakan protocol OSPF

Tabel Routing Dari Gambar Desain Diatas,
Router A
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
2    192.168.2.0    /24    *    Eth1    Direct Connection
3    192.168.3.0    /24    192.168.2.253    Eth0    Indirect Connection
4    192.168.4.0    /24    192.168.2.253    Eth0    Indirect Connection
5    192.168.5.0    /24    192.168.3.253    Eth1    Indirect Connection
   
    Router B
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    192.168.2.254    Eth1    Indirect Connection
2    192.168.2.0    /24    192.168.3.254    Eth1    Indirect Connection
3    192.168.3.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
4    192.168.4.0    /24    192.168.3.254    Eth1    Indirect Connection
5    192.168.5.0    /24    *    Eth1    Direct Connection

    Langkah Kerja :
a.    Konfigurasi Router A
1.    Double click router A kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
2.    Setting IP Address Router A eth0 (example pada fa0/0) ke Switch
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.1.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
3.    Setting IP Address Router A eth1 (example pada fa0/1) ke Router B
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.2.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
4.    Tambahkan  informasi pada table routing pada Router A
Router(config)# router ospf 1
Router(config-router)# network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
5.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router A
Router# show ip route
a.    Konfigurasi Router B
1.    Double click router A kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
2.    Setting IP Address Router B eth0 (example pada fa0/0) ke Router A
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.2.253 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
3.    Setting IP Address Router B eth1 (example pada fa0/1) ke Router C
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.3.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
4.    Setting IP Address Router B eth2 (example pada Eth0/1) ke Switch
Router(config)# interface Ethernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.4.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
5.    Tambahkan informasi pada table routing Router B
Router(config)# router ospf 1
Router(config-router)# network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# network 192.168.4.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
6.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router B
Router# show ip route

a.    Konfigurasi Router C
1.    Double click router C kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure enable
2.    Setting IP Address Router C eth0 (example pada fa0/1) ke Router B
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.3.253 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
3.    Setting IP Address Router C eth1 (example pada fa0/0) ke Switch
Router(config)# interface Ethernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.5.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
4.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router C
Router(config)# router ospf 1
Router(config-router)# network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# network 192.168.5.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
5.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router B
Router# show ip route
b.    Cek hasil pada komputer client
Jika dari kesemua komputer tersebut dapat saling berkomunikasi maka konfigurasi dynamic routing dengan OSPF sudah berhasil. Selain kita cek dengan menggunakan ping  juga menggunakan “ip address target”


Keterangan commad diatas :
1.    Router OSPF 1
        Angka 1 adalah Process-id  merupakan nomor antara 1 – 65535 yang ditentukan oleh system administrator. Process-id digunakan untuk menentukan nomor dari OSPF yang digunakan. Biasanya dalam suatu topologi jaringan digunakan process-id yang sama agar memudahkan dalam konfigurasi.
2.    Network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 0
        Angka  0.0.0.255 adalah wildcard mask. Wildcard mask merupakan kebalikan dari subnet mask. Jika subnet mask adalah 255.255.255.0, maka wildcard mask nya adalah 0.0.0.255. angka binary 0 pada subnet mask diubah menjadi angka binary 1 pada wildcard mask.
        Area 0 adalah Area-id pada OSPF merupakan nilai antara 0-4294967295 yang ditentukan oleh system administrator. Area-id menjadi identitas untuk setiap router dengan area-id yang sama untuk berbagi tentang informasi link-state. Router dengan area-id yang sama pasti memiliki informasi link-state yang sama di database link-state nya. Area-id dapat di setting menjadi single area (Area 0 saja) atau multi area (terdiri dari banyak area). Area 0 digunakan sebagai backbone area atau area yang menjadi core network. Sedangkan area lain menjadi support area, biasanya area dengan jaringan kecil.

3.    Simulasi menggunakan protocol EIGRP


    Tabel Routing Dari Gambar Desaign di atas
Router A
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
2    192.168.2.0    /24    *    Eth1    Direct Connection
3    192.168.3.0    /24    192.168.2.253    Eth0    Indirect Connection
4    192.168.4.0    /24    192.168.2.253    Eth0    Indirect Connection
5    192.168.5.0    /24    192.168.3.253    Eth0    Indirect Connection

Router B
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    192.168.2.254    Eth1    Indirect Connection
2    192.168.2.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
3    192.168.3.0    /24    *    Eth1    Direct Connection
4    192.168.4.0    /24    *    Eth2    Direct Connection
5    192.168.5.0    /24    192.168.3.253    Eth0    Indirect Connection

Router C
Nomor    Destination    Netmask    Gateway    Interface    Keterangan
1    192.168.1.0    /24    192.168.2.254    Eth1    Indirect Connection
2    192.168.2.0    /24    192.168.3.254    Eth1    Indirect Connection
3    192.168.3.0    /24    *    Eth0    Direct Connection
4    192.168.4.0    /24    192.168.3.254    Eth1    Indirect Connection
5    192.168.5.0    /24    *    Eth1    Direct Connection

LANGKAH KERJA :
b.    Konfigurasi Router A
7.    Doubel click router A kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
8.    Setting IP Address A eth0 (example pada fa0/0) ke switch
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.1.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
9.    Setting IP Address A eth1 (example pada fa0/1) ke Router B
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.2.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
10.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router A
Router(config)# router rip
Router(config-router)# version 2
Router(config-router)# network 192.168.1.0
Router(config-router)# network 192.168.2.0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
11.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router A
Router# show ip route
c.    Konfigurasi Router B
6.    Doubel click router B kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
7.    Setting IP Address Router B eth0 (example pada fa0/0) ke Router A
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.2.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
8.    Setting IP Address Router B eth1 (example pada fa0/1) ke Router C
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.3.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
9.    Setting IP Address Router B eth2 (example pada eth0/1) ke Switch
Router(config)# interface Ethernet 0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.4.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
10.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router B
Router(config)# router rip
Router(config-router)# version 2
Router(config-router)# network 192.168.2.0
Router(config-router)# network 192.168.3.0
Router(config-router)# network 192.168.4.0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
12.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router B
Router# show ip route
d.    Konfigurasi Router C
6.    Doubel click router B kemudian pilih CLI
Router> enable
Router# configure terminal
7.    Setting IP Address Router C eth0 (example pada fa0/0) ke Router B
Router(config)# interface FastEthernet0/1
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.3.253 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
8.    Setting IP Address Router C  eth1 (example pada fa0/1) ke Switch
Router(config)# interface FastEthernet0/0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# ip address 192.168.5.254 255.255.255.0
Router(config-if)# exit
9.    Tambahkan informasi pada table routing pada Router C
Router(config)# router rip
Router(config-router)# version 2
Router(config-router)# network 192.168.3.0
Router(config-router)# network 192.168.5.0
Router(config-router)# exit
Router(config)# exit
10.    Lihat hasil konfigurasi static routing pada Router C
Router# show ip route
e.    Cek hasil pada komputer client
Jika  dari kesemua  komputer tersebut dapat saling berkomunikasi maka konfigurasi dynamic routing dengan RIPv2 sudah berhasil. Selain kita cek dengan menggunakan ping juga menggunakan perintah tracert “ip address terget”.

F.    Permasalahan dan Traoubleshooting
1.    Permasalahan
a.    Setelah melakukan konfigurasi PC tidak dapat terkoneksi satu sama lain
2.    Troubleshooting
a.    Periksa kembali konfigurasi yang telah di buat. Periksa satu per satu setingan pada ip address, gateway maupun konfigurasi routing pada protocol dan konfigurasi redistribusinya

G.    Tugas (Diskusi)
Konfigurasi Router 1


Router#en

Router#conf t

Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z. Router(config)#hostname R1
R1(config)#interface Eth0/0/0
R1(config-if)#ip address 192.168.2.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shutdown R1(config-if)#ex R1(config)#interface fa0/0
R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#ex
R1(config)#interface fa0/1
R1(config-if)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#ex
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.1.0
R1(config)#ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 192.168.2.0
R1(config)#router rip
R1(config-router)#version 2
R1(config-router)#network 192.168.3.0

R1(config-router)#redistribute connected
R1(config-router)# R1#
Konfigurasi Router 2

Router#conf t
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z. Router(config)#interface FastEthernet0/0
Router(config-if)#ip address 192.168.3.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface FastEthernet0/1
Router(config-if)#ip address 192.168.11.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface FastEthernet1/0
Router(config-if)#ip address 192.168.5.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface FastEthernet1/1
Router(config-if)#ip address 192.168.4.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#interface eth0/3/0
Router(config-if)#ip address 192.168.8.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#ex
Router(config)#
Router(config)#router rip
Router(config-router)#version 2
Router(config-router)#network 192.168.3.0
Router(config-router)#network 192.168.4.0
Router(config-router)#network 192.168.5.0
Router(config-router)#redistribute ospf 1 metric 1
Router(config-router)#redistribute eigrp 1 metric 1
Router(config-router)#exit
Router(config)#router ospf 1
Router(config-router)#network 192.168.8.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)#redistribute rip
% Only classful networks will be redistributed
Router(config-router)#redistribute eigrp 1
% Only classful networks will be redistributed
Router(config-router)#exit
Router(config)#
Router(config)#router eigrp 1
Router(config-router)#network 192.168.11.0 0.0.0.255
Router(config-router)#redistribute rip metric 10000 100 255 1 1500
Router(config-router)#redistribute ospf 1 metric 10000 100 255 1 1500
Router(config-router)#




Konfigurasi Router 3

Router>en
Router#conf t

Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R3
R3(config)#interface fa0/1
R3(config-if)#ip address 192.168.6.1 255.255.255.0
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#e
R3(config)#interface fa0/0
R3(config-if)#ip address 192.168.4.2 255.255.255.0
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#e
R3(config)#router rip
R3(config-router)#version 2
R3(config-router)#network 192.168.4.0
R3(config-router)#network 192.168.6.0
R3(config-router)#

Konfigurasi Router 4
Router>en
Router#conf t
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R4
R4(config)#interface fa0/0
R4(config-if)#ip address 192.168.7.1 255.255.255.0
R4(config-if)#no shutdown
R4(config-if)#e
R4(config)#interface fa0/1
R4(config-if)#ip address 192.168.5.2 255.255.255.0
R4(config-if)#no shutdown
R4(config-if)#e
R4(config)#router rip
R4(config-router)#version 2
R4(config-router)#network 192.168.5.0
R4(config-router)#network 192.168.7.0
R4(config-router)#


Konfigurasi Router 5
Router>en
Router#conf t

Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R5
R5(config)#interface fa0/0
R5(config-if)#ip address 192.168.8.2 255.255.255.0
R5(config-if)#no shutdown
R5(config-if)#e
R5(config)#interface fa0/1
R5(config-if)#ip address 192.168.9.1 255.255.255.0
R5(config-if)#no shutdown
R5(config-if)#exit
R5(config)#router ospf 1
R5(config-router)#network 192.168.8.0 0.0.0.255 area 0
R5(config-router)#network 192.168.9.0 0.0.0.255 area 0
R5(config-router)#


Konfigurasi Router 6
Router>en
Router#conf t

Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z. Router(config)#hostname R6
R6(config)#interface fa0/0
R6(config-if)#ip address 192.168.9.2 255.255.255.0
R6(config-if)#no shutdown
R6(config-if)#e
R6(config)#interface fa0/1
R6(config-if)#ip address 192.168.10.1 255.255.255.0
R6(config-if)#no shutdown
R6(config-if)#e
R6(config)#router ospf 1
R6(config-router)#network 192.168.9.0 0.0.0.255 area 0
R6(config-router)#network 192.168.10.0 0.0.0.255 area 0
R6(config-router)#


Konfigurasi Router 7

Router>en
Router#conf terminal
Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname R7
R7(config)#interface fa0/0
R7(config-if)#ip address 192.168.11.2 255.255.255.0
R7(config-if)#no shutdown
R7(config-if)#e
R7(config)#interface fa0/1
R7(config-if)#ip address 192.168.12.1 255.255.255.0
R7(config-if)#no shutdown
R7(config-if)#e
R7(config)#router eigrp 1
R7(config-router)#network 192.168.11.0 0.0.0.255
R7(config-router)#network 192.168.12.0 0.0.0.255
R7(config-router)#redistribute ospf 1
R7(config-router)#redistribute rip
R7(config-router)#


Konfigurasi Router 8

R7#enable
R7#configure terminal

Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
R7(config)#hostname R8
R8(config)#interface fa0/0
R8(config-if)#ip address 192.168.12.2 255.255.255.0
R8(config-if)#no shutdown
R8(config-if)#exit
R8(config)#interface fa0/1
R8(config-if)#ip address 192.168.13.1 255.255.255.0
R8(config-if)#no shutdown
R8(config-if)#exit
R8(config)#router eigrp 1
R8(config-router)#network 192.168.12.0 0.0.0.255

R8(config-router)#network 192.168.13.0 0.0.0.255
R8(config-router)#exit

H.    Kesimpulan
Routing protocol memiliki berbgai macam jenis routing yang dapat kita gunakan untuk membangun suatu jaringan yang sesuai dengan kebutuhan admin, misalnya seperti OSPF, EIGRP, dan RIP.
Masing-masing routing protocol memiliki kelebihan dan kelemahan. supaya setiap routing protocol yang berlainan dapat saling berkomunikasi satu sama lain maka kita dapat menggunakan perintah REDISTRIBUTE. Fungsi redistribuse adalah untuk menyebarkan network antar routing protocol yang berbeda.

Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/31535664/Router-adalah
http://www.catatanteknisi.com/2011/05/pengertian-cara-kerja-router.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Router



Sabtu, 07 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUM JARIGAN KOMPUTER VLSM


A.    Tujuan
a. Mampu melakukan konfigurasi IP Address di komputer jaringan.
b. Memahami konsep teknik subnetting menggunakan metode VLSM.
c. Memahami teknik penggunaan subnet mask.

B.     Sekenario Praktikum (Study Khusus)
Pada praktikum kali ini kita akan mencoba membagi jaringan dengan teknik subnetting. Kita akan membagi jaringan ke dalam 5 subnet. Pembagian ini bertujuan untuk mempermudah pengelolaan jaringan dengan cara menyederhanakan IP Address yang dimiliki kedalam jumlah yang lebih sedikit yaitu menjadikan host yang digunakan sebagai alamat ID. Pembagian jaringan ini juga digunakan software simulasi jaringan packet tracer. Dengan software ini dibuat desain/infrastruktur dari model jaringan yang telah dihitung sebelumnya.
C.    Dasar Teori
1.      CIDR (Classless Inter-Domain Routing)
Classless Inter-Domain Routing (disingkat menjadi CIDR) adalah sebuah cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. Disebut juga sebagai supernetting. CIDR merupakan mekanisme routing yang lebih efisien dibandingkan dengan cara yang asli, yakni dengan membagi alamat IP jaringan ke dalam kelas-kelas A, B, dan C. Masalah yang terjadi pada sistem yang lama adalah bahwa sistem tersebut meninggalkan banyak sekali alamat IP yang tidak digunakan. Sebagai contoh, alamat IP kelas A secara teoritis mendukung hingga 16 juta host komputer yang dapat terhubung, sebuah jumlah yang sangat besar. Dalam kenyataannya, para pengguna alamat IP kelas A ini jarang yang memiliki jumlah host sebanyak itu, sehingga menyisakan banyak sekali ruangan kosong di dalam ruang alamat IP yang telah disediakan. CIDR dikembangkan sebagai sebuah cara untuk menggunakan alamat-alamat IP yang tidak terpakai tersebut untuk digunakan di mana saja. Dengan cara yang sama, kelas C yang secara teoritis hanya mendukung 254 alamat tiap jaringan, dapat menggunakan hingga 32766 alamat IP, yang seharusnya hanya tersedia untuk alamat IP kelas B.
Misalkan ada sebuah organisasi skala menengah yang ingin bergabung ke internet. Mereka akan lebih suka memesan satu alamat IP kelas B karena Kelas C tidak dapat mengakomodasi lebih dari 254 hosts, alamat IP kelas B memiliki bit yang cukup untuk melakukan subnetting secara leluasa. Untuk menghemat alamat IP kelas B dengan supernetting, organisasi tersebut diberikan satu blok alamat kelas C, ukuran block harus cukup besar sedemikian sehingga organisasi tersebut dapat memberi alamat pada setiap jaringan nya. Contoh organisasi meminta kelas B dan bermaksud menggunakan oktet ke tiga sebagai field subnet (ada 28 – 2 = 254 subnet dengan masing-masing memiliki jumlah host 254, jumlah total host 254x254=64516). Dengan supernetting, organisasi itu dapat diberi sebanyak 256 alamat IP kelas C yang beurutan (dengan blok sebesar ini, jumlah network yang bisa diberi alamat adalah 254 network, masing-masing network dapat mengakomodasi 254 host). Supernetting menyebabkan informasi yang disimpan di router (yang dipertukarkan dengan router lain) akan sangat besar maka CIDR memecahkan masalah ini. Pada CIDR, satu blok alamat dinyatakan oleh satu entry dengan format (network address, count). Nerwork address adalah alamat terkecil dari suatu blok. Count menyatakan jumlah total network address di dalam suatu blok. Contoh pasangan (192.5.48.0, 3) menyatakan tiga network address yaitu 192.5.48.0, 192.5.49.0, 192.5.50.0. Pada kenyataan nya CIDR tidak hanya berlaku untuk kelas C. CIDR mensyaratkan ukuran setiap blok alamat merupakan keliapatan dua dan menggunakan bit masks untuk mengidentifikasi ukuran blok. Misalnya suatu organisasi diberi 2048 alamat yang berurtan mulai dari 128.211.168.0 maka range alamatnya adalah 128.211.168.0 (10000000.11010011.10101000.00000000) : the lowest – 128.211.175.0 (10000000.11010011.10101111.00000000) : the highest. CIDR memerlukan dua item untuk menyatakan suatu blok alamat 32 bit lowest address, 32 bit masks. Untuk contoh diatas, mask CIDR terdiri dari 21 bit *1*, yang artinya pemisahan antara prefix dan suffix terjadi setelah bit ke 21.

2.      VLSM (Variable Length Subnet Masking)
VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam VLSM dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnetones tidak bias digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
VLSM memberbaiki kekurangan metode conventional subnetting. Dalam subnetting tradisional, semua subnet mempunyai kapasitas yang sama. Ini akan menimbulkan masalah ketika ada beberapa subnet yang jauh lebih besar daripada yang lain atau sebaliknya. Sedangkan pada metode subnetting VLSM semua subnet tidak harus mempunyai kapasitas yang sama, jadi bias disesuaikan dengan kebutuhan kita.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.
Metode VLSM ataupun CIDR pada prinsipnya sama yaitu untuk mengatasi kekurangan IP Address dan dilakukannya pemecahan Network ID guna mengatasi kekerungan IP Address tersebut. Network Address yang telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas, biasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta maupun institusi pendidikan yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memilik Network ID tidak lebih dari 5 – 7 Network ID (IP Public).
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan network-nya dapat memenuhi persyaratan ; routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2), semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi. Tahapan perihitungan menggunakan VLSM IP Address yang ada dihitung menggunakan CIDR selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM
v  Tabel perhitungan VLSM :
Host ke
Jumlah host
Subnet Mask
Pre. Mask
2^0
1
255.255.255.255
/32
2^1
2
255.255.255.254
/31
2^2
4
255.255.255.252
/30
2^3
8
255.255.255.248
/29
2^4
16
255.255.255.240
/28
2^5
32
255.255.255.224
/27
2^6
64
255.255.255.192
/26
2^7
128
255.255.255.128
/25
2^8
256
255.255.255.0
/24
2^9
512
255.255.254.0
/23
2^10
1024
255.255.252.0
/22
2^11
2048
255.255.248.0
/21
2^12
4096
255.255.240.0
/20
2^13
8192
255.255.224.0
/19
2^14
16386
255.255.192.0
/18
2^15
32768
255.255.128.0
/17
2^16
65536
255.255.0.0
/16
2^17
131072
255.254.0.0
/15
2^18
262144
255.252.0.0
/14
2^19
524288
255.248.0.0
/13
2^20
1048576
255.240.0.0
/12
2^21
2097152
255.224.0.0
/11
2^22
4194304
255.192.0.0
/10
2^23
8388608
255.128.0.0
/9
2^24
16777216
255.0.0.0
/8
2^25
33554432
254.0.0.0
/7
2^26
67108864
252.0.0.0
/6
2^27
134217728
248.0.0.0
/5
2^28
268435456
240.0.0.0
/4
2^29
536870912
224.0.0.0
/3
2^30
1073741824
192.0.0.0
/2
2^31
2147483648
128.0.0.0
/1
2^32
4294967296
0.0.0.0
/0

Classful Ranges :
0.0.0.0      - 127.255.255.255
128.0.0.0  - 191.255.255.255
192.0.0.0  - 223.255.255.255
224.0.0.0  - 239.255.255.255
240.0.0.0  - 255.255.255.255
Reserved Ranges :
                                 RFC1918 10.0.0.0         -          10.255.255.255
                                 Localhost 127.0.0.0       -          127.255.255.255
                                 RFC1918 127.0.0.0       -          172.231.255.255
                                 RFC1918 192.168.0.0   -          192.168.255.255

Tabek berikut akan mempercepat proses pencarian network dari jumlah host yang ditentukan.
Pembagian
Nilai Host ID
256/256
1
512/256
2
1024/256
4
2048/256
8
4096/256
16
8192/256
32

v  Cara kerjanya seperti ini :
Jika hasil jumlah host yang diinginkan bisa dibagi dengan 256 maka, hasil dari pembagian ditaruh di oktet ke 3, dan jika jumlah host tidak bisa dibagi dengan 256 maka di taruh di oktet ke 4.
Contoh kasus dalam perhitungan menggunakan metode VLSM.  Dalam contoh kasus ini misalnya kita akan membangun sebuah jaringan internet dalam sebuah perusahaan besar. Dengan ketentuan Host yang dibutuhkan antaran lain:
1.      Ruang utama 1000 host 
2.      Ruang Kedua 500 host
3.      Ruang ketiga 100 host
4.      Ruang Server 2host

v  Dengan IP 172.16.0.0/16 
1. Ruang Utama 1000 host 
Disini dibutuhkan 1000 host yang akan terhubung dengan internet ,untuk mendapat 1000 host atau lebih perhatikan tabel diatas. Karena yang dibutuhkan1000 maka cari hasil pemangkatan 1000 atau  >= 1000 host. dari tabel diatas yang sesuai dengan kebutuhan host yang dibutuhkan  gunakan 2^10 = 1024  dan untuk    mencari nilai network ikutilah tabel pembagian diatas, 1024/256 = 4.  Karena bisa dibagikan dengan 256 jadi hasil pembagian tersebut, pada subnet berikutnya ditaruh oktet ke 3.   Lebih Lengkapnya seperti dibawah ini:
Dan untuk mengetahui IP broadcastnya yakni hasil dari alamat jaringan berikutnya untuk dikurangi 1. begitu juga IP terakhirnya.   
Network          : 172.16.0.0/22
IP Pertaam      : 172.16.0.1
IP Terakhir      : 172.16.3.254
IP Broadcast   : 172.16.3.255
Subnet Mask   : 255.255.252.0

2. Ruang Kedua 500 host
Untuk Ruangan Kedua host  yang dibutuhkan or komputer yang bisa terhubung dengan internet sebayak 500 komputer. Untuk mendapatkan 500 host atau lebih maka kita cari pemangkatan yang menghasilkan Host 500 atau lebih. dari tabel diatas yang menghasilkan 500 host >=500 host yang sesuai dengan kebutuhan host yang digunakan 2^9= 512. Da untuk mencari nilai network. seperti tabel diatas 512 /256 = 2.  Karena masih dibagi dengan 256  maka hasil dari pembagian tersebut pada subnet berikutnya ditaruh pada oktet ke 3. seperti berikut:
seperti penjelasan sebelum jika bisa dibagi 256 maka hasil dari pembagian dimasukkan di oktet ke 3 untuk Network Address berikutnya.
Dan untuk IP broadcast caranya sama seperti diatas. 
Network          : 172. 16. 4. 0/23
IP Pertama      : 172.16. 4.1
IP Terakhir      : 172.16. 5.254
IP Broadcast   : 172.16.5. 255 
Subnet Mask   : 255.255.254.0

seperti 2 kasus diatas  dari  Natwork Address : 
172.16.0.0 karena pada oktet 3 sudah ditambah hasil dari pembagian host 1024/254 = 4.  jadi Network Address ke 2 menjadi 172.16.4.0. begitu juga untuk alamat ke 3  kerana bisa dibagi 512/256 =2 maka untuk subnet berikutnya ditambah hasil pembagian  menjadi  172.16.6.0.  Begitu juga penjelasan diatas tentang IP broadcast:  hasilnya bisa dilihat 2 contoh kasus diatas. 

3. Ruang Ketiga 100 Host
Untuk Ruang ke 3 yang membutuhkan 100 host,  maka konsep perhitungan kita gunakan konsep kelas C atau bermain pada Oktet ke 4. Digunakan 2^7=128. Seperti yang sudah kita bahas sebelum jika jumlah host yang diinginkan tidak bisa dibagi 256 maka kita taruh di oktet ke 4, karena 100/256 tidak bisa dibagi hasil untuk host ditaruh pada oktet ke 4.
Dan untuk kelas C untuk mencari IP broadcast yaitu hasil dari Network Address berikutnya dikurangi 1, dan untuk mencari IP Terakhir yaitu hasil dari Host id IP broadcast  dikurangi 1, seperti contoh kasus dibawah. 
Network          : 172.16. 6 . 0/25
IP Pertama      : 172.16. 6 . 1
IP Terakhir      : 172.16. 6 . 126
IP Broadcast   : 172.16 .6 .127 
Subnet Mask   : 255.255.255.128

4.  Ruang Server 2 Host
Network          : 172.16. 6. 128/30 
IP Pertama      : 172.16. 6. 129
IP Terakhir      : 172.16.6. 130
IP Broadcast   : 172.16.6.131 
Subnet Mask   : 255.255.255.252

D.    Alat dan Bahan
1.      Software Simulasi Ciso Paket Tracert 5.3
2.      Komputer / Laptop (Alat untuk perhitungan dan menjalakan software)

E.     Langkah Kerja
1.      Hidupkanlah komputer / laptop anda terlebih dahulu.
2.      Buka aplikasi Cisco Packet Tracert 5.3
3.      Klik   icon   end   devices   pada   menu   dibagian   kiri   bawah  untuk menambahkan beberapa komputer.

4.      Kemudian pilih devices yang ada di sebelah kanan sidebar end devices  untuk ditambahkan dengan cara drag and drop pada lembar kerja.
5.      Misalkan kita pilih pc, klik icon pc kemudian drag and drop pada worksheet atau lembar kerja dan buat seperti gambar dibawah ini.

6.      Sesuaikan pemasangan ip address dengan gambar diatas. Kemudian  uji koneksi antar kelima PC tersebut. Jika pengaturan ip address tersebut sesuai dengan gambar diatas maka kelima PC tersebut tidak akan bisa terkoneksi  karena  kelimanya  berbeda  subnet.  Hal  tersebut  telah mensimulasikan  teknik  subnetting  VLSM   sesuai  dengan  scenario diatas.

F.     Permasalahan Dan Troubleshooting
1.      Permasalahan
a.       Subnet hanya dapat dibagi menjadi empat,  sedangkan  jaringan akan dibagi menjadi 5.
2.      Troubleshooting
a.       Salah satu jaringan dibagi menjadi dua dengan teknik VLSM, sehingga total jaringan yang dibagi menjadi 5.

G.    Tugas
a.       [Teknik CIDR] Hitunglah subnet dari 210.103.45.0/28
Dan buatlah simulasi pada paket tracer dimana per subnetworknya diwakili oleh 5 buah komputer?
210.103.45.0/28
11111111.11111111.11111111.11110000
255.255.255.420
Jumlah subnet
2X  = 24
      = 16
Maka jumlah host persubnet = 16-2 = 14
No  Subnet                  Host Pertama                         Host Terakhir              Broadcast
1    210.103.45.0           210.103.45.1             210.103.45.14             210.103.45.15
2    210.103.45.16       210.103.45.17             210.103.45.30             210.103.45.31
3    210.103.45.32         210.103.45.33         210.103.45.46           210.103.45.47
4    210.103.45.48       210.103.45.49         210.103.45.62           210.103.45.63
5    210.103.45.64       210.103.45.65         210.103.45.78           210.103.45.79
6    210.103.45.80       210.103.45.81         210.103.45.94           210.103.45.95
7    210.103.45.96       210.103.45.97         210.103.45.110         210.103.45.111
8    210.103.45.112     210.103.45.113       210.103.45.126         210.103.45.127
9    210.103.45.128     210.103.45.129       210.103.45.142         210.103.45.143
10  210.103.45.144     210.103.45.145       210.103.45.158         210.103.45.159
11  210.103.45.160     210.103.45.161       210.103.45.174         210.103.45.175
12  210.103.45.176     210.103.45.177       210.103.45.190         210.103.45.191
13  210.103.45.192     210.103.45.193       210.103.45.206         210.103.45.207
14  210.103.45.208     210.103.45.209       210.103.45.222         210.103.45.223
15  210.103.45.224     210.103.45.225      210.103.45.238         210.103.45.239
16  210.103.45.240     210.103.45.241       210.103.45.254         210.103.45.255

Simulasi gambar :
 

b.      [Teknik VLSM] Misalkan ada sebuah perusahaan terbagi dalam 5 buah divisi yaitu A, B, C, D dan E. Divisi A terdiri dari 300 komputer, divisi B terdiri dari 250 komputer, divisi C terdiri dari 200 komputer, divisi D terdiri dari 140 komputer, dan divisi E terdiri dari 140 komputer. Setting ip address 5 buah komputer dengan network atau nomor jaringan awal adalah 172.200.0.0. Bagaimana hasilnya dan sertakan perhitungannya secara detail? Buatlah simulasi pada paket tracert dimana per subnetwork-nya diwakili oleh 5 buah komputer.
A = 300 = 2^9
B = 250 = 2^8
C = 200 = 2^8
D = 140 = 2^8
E = 140 = 2^8

Net 1 :
2^9 = 512, 11111111.11111111.11111110.00000000
Net : 255.255.254.0
Net 2 :
2^8 = 256, 11111111.11111111.11111111.00000000
Net : 255.255.255.0

A = 300        512 – 2 = 510
Net.Mask         :  255.255.254.0
Net.ID             : 172.200.0.0
IP Pertama       : 172.200.0.1
IP Terakhir       : 172.200.1.254
Broadcast        : 172.200.1.255

B = 250       256 – 2 = 254
Net.Mask         : 255.255.255.0
Net.ID             : 172.200.2.0
IP Pertama       : 172.200.2.1
IP Terakhir       : 172.200.2.254
Broadcast        : 172.200.2.255

C = 200         256 – 2 = 254
Net.Mask         : 255.255.255.0
Net.ID             : 172.200.3.0
IP Pertama       : 172.200.3.1
IP Terakhir       : 172.200.3.254
Broadcast        : 172.200.3.255

D = 140        256 – 2 = 254
Net.Mask         : 255.255.255.0
Net.ID             : 172.200.4.0
IP Pertama       : 172.200.4.1
IP Terakhir       : 172.200.4.254
Broadcast        : 172.200.4.255

E = 140       256 – 2 = 254
Net.Mask         : 255.255.255.0
Net.ID             : 172.200.5.0
IP Pertama       : 172.200.5.1
IP Terakhir       : 172.200.5.254
Broadcast        : 172.200.5.255


Gambar Simulasi :



Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa di dapat dari percobaan di atas, adalah dengan menggunakan teknik VLSM kita bisa lebih memaksimalkan pemakaian host dalam sebuah subnet. Dengan teknik VLSM juga kita bisa membuat jaringan lebih kecil dan mudah untuk memanejemennya.

Daftar Pustaka